
Alam semesta adalah arena eksistensi bermilyar bentuk kehidupan. Manusia dan semua makhluk memiliki spirit kehidupan yang bercahaya, yang berasal dari Tuhan – Sang Sumber Kehidupan – Sang Bunda Semesta. Spirit kehidupan adalah akar penggerak dari pikiran, ucapan, hingga perbuatan. Inilah anugerah Tuhan yang terbesar, sehingga semua makhluk dapat melangsungkan hidupnya.
Hidup kita adalah anugerah termulia dari Sang Kuasa. Demikian pula dengan hidup semua makhluk. Sejatinya, semua bentuk kehidupan memiliki martabat yang agung, luhur, sakral, dan setara, karena semua memancarkan cahaya kehidupan yang bersumber dari Sang Pencipta.
Hidup adalah anugerah termulia dari Sang Kuasa. Hidup yang tengah kita jalani ini adalah untaian detik ke detik, menit ke menit, momen ke momen, yang tak dapat terulang. Kita hanya memiliki satu kehidupan ini. Eksistensi hidup kita di tengah semesta adalah sebuah kesempatan yang langka dan terlalu berharga untuk disia-siakan. Karenanya, janganlah terlena dalam kemalasan, membiarkan hari demi hari berlalu tanpa arti. Janganlah terlarut dalam buaian mimpi, terseret arus negatif di tengah masyarakat. Orang yang sungguh-sungguh menghargai kemuliaan hidup akan mengisi hidupnya dengan semarak dan penuh karya.
Hidup adalah anugerah termulia dari Sang Kuasa. Karenanya, jalani hidup dengan bahagia! Jangan terlarut dalam duka, jangan jalani hidup secara pesimis. Jangan kukuh berkeras pada pandangan yang keliru. Jangan terlena dan membius diri dengan kesenangan sesaat. Jangan melukai diri, apalagi bunuh diri. Hiduplah bercahaya, hiduplah dalam kemuliaan, hiduplah penuh makna!
Spirit kehidupan kita sejatinya agung, luhur, sakral, karena berasal dari Sang Kuasa. Namun bila eksistensi hidup kita gagal memancarkan keagungan, keluhuran, dan kesakralan spirit kehidupan yang kodrati, maka keberadaan kita bagaikan seonggok daging yang sibuk tanpa arti, bagai tanaman air yang mengapung dan terseret arus di sepanjang waktu. Kita hidup dalam ketidaktahuan, kebimbangan, dan keresahan.
Jika tidak memancarkan keagungan, keluhuran, dan kesakralan spirit kehidupan, maka kehidupan yang kita jalani hanyalah menjadi sebuah arena pengejaran kebutuhan jasmani, menjadi ajang pemuasan kenikmatan indra, sarana pembendaharaan materi yang tak habis-habisnya. Jika demikian, di manalah letak kelayakan manusia menyandang predikat sebagai makhluk yang termulia di muka bumi?
Eksistensi kita di tengah kehidupan sesungguhnya adalah sebuah estetika, sebuah seni menjalani hidup. Bila kita tidak memancarkan keagungan, keluhuran, dan kesakralan spirit kehidupan, maka hidup kita menjadi gersang, kelabu, suram, tak bercahaya. Kita sibuk menjalani runtinitas, namun mengalami kekosongan hati dan menjalani hidup tanpa makna. Jika spirit kehidupan yang agung, luhur, dan sakral berpancar, maka hidup menjadi indah, penuh warna dan dinamika, berlimpah, terang, dan membahagiakan. Menjalani hidup sungguh merupakan seni tingkat tinggi!