Abad-21 adalah abad puncak kejayaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Inovasi berjalan dalam perkembangan bulan, hari, bahkan detik. Produk-produk baru terus bermunculan untuk menjawab kebutuhan materiil. Aneka hiburan tersaji untuk memuaskan seluruh indra dan keinginan kita. Tapi ironisnya, di tengah kemudahan dan kesenangan ini, justru semakin banyak ditemukan kasus stres, depresi, tindak melukai diri, hingga naiknya angka bunuh diri. Kenapa justru jiwa manusia semakin hampa? Kenapa manusia hidup gamang, seakan kehilangan tujuan?

Kini moralitas manusia semakin merosot. Angka kriminalitas semakin tinggi, hidup manusia terus diwarnai kekerasan. Persaingan hidup semakin keras, dan jiwa semakin dingin. Nilai-nilai kemanusiaan dan makna hidup semakin pudar. Di tingkat global, ekosistem semakin rusak, perubahan iklim semakin ekstrim, dan penyakit manusia modern terus bermunculan. Semua diawali oleh ketimpangan, bahwa manusia sejauh ini hanya mendewakan kemajuan aspek materi.

Mengabaikan aspek mental dan spiritual, manusia hanya akan memiliki satu masa depan, yaitu kehancuran. Tatanan hidup yang sekarang ini sudah tak mampu menjawab krisis dan permasalahan yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Manusia harus segera berevolusi, menyesuaikan diri untuk menjawab tantangan zaman, demi kelangsungan hidupnya.

Maka inilah saatnya kita bersama meninggalkan budaya dan kebiasaan hidup lama yang hanya mengutamakan kepentingan diri. Inilah saatnya membangun budaya baru, budaya kasih semesta. Kita rintis hidup yang harmonis dengan alam. Bersama kita bangun semangat saling melindungi, mengasihi, dan memuliakan kehidupan, semangat selalu memberi dan menghargai.

Inilah saatnya kita meninggalkan peradaban lama, di mana yang kuat menindas yang lemah, yang berkuasa memanfaatkan yang jelata. Kita rintis peradaban baru, peradaban yang menjunjung harkat semua bentuk kehidupan. Semua bentuk kehidupan adalah ciptaan Sang Kuasa yang agung dan mulia. Hidup harmonis dengan semua makhluk, inilah hidup yang semarak dan penuh warna!

Inilah saatnya kita meninggalkan konsep nilai lama. Jangan lagi menilai-nilai dan membeda-bedakan cantik-jelek, mulia-hina, kaya-miskin, pintar-bodoh, mulia-jelata, hitam-putih. Bersama kita bangun konsep nilai hidup baru, bahwa apapun status seseorang, bagaimanapun kondisinya, nilai keberadaan setiap insan sesungguhnya tiada tara. Betapa hidup adalah anugerah Tuhan yang mulia, agung, dan sakral, betapa cahaya kehidupan di dalam setiap insan adalah tak ternilai.

Inilah saatnya kita meninggalkan moralitas lama yang individualis dan mengotak-kotakan diri. Jauhi sikap eksklusif, kita buang pembedaan suku, bangsa, religi, mayoritas maupun minoritas. Kita bangun semangat pembauran, bersatu dalam keragaman. Demi tatanan hidup yang lebih baik, kita kembangkan moralitas baru, yaitu moralitas Dunia Satu Keluarga. Walau berbeda suku, bangsa, religi, budaya, sesungguhnya kita adalah satu keluarga. Setiap insan setara, setiap keragaman adalah keindahan. Bukankah demikian?

Masa depan adalah tanggung jawab kita bersama, dan setiap individu memiliki peran yang sangat berarti. Perubahan konsep nilai dan pola pandang setiap individu akan merubah perilakunya, dan pada saatnya akan terus berpengaruh bagi individu lainnya. Demikianlah, budaya baru, peradaban baru, konsep nilai baru, dan moralitas baru, semua berawal dari aku, dari diri kita sendiri! Mari kita rintis bersama!

Perbedaan bangsa, kepercayaan, suku, ras, dan warna kulit bukanlah halangan. Bersama kita bergandeng tangan dan bahu membahu merintis jalan kebahagiaan ini. Tidak masalah kita hidup di tengah keragaman budaya dan adat, di tengah perbedaan bahasa dan kebiasaan, kita bisa bahu membahu merintis jalan kebahagiaan ini. Strata sosial dan potensi diri juga beragam, namun semua itu sesungguhnya bukan penghalang.

Perkembangan kehidupan materi yang tidak diiringi dengan peningkatan kehidupan mental dan spiritual hanya akan berujung pada kehancuran. Jika kita segera menyadari krisis di depan mata ini, maka kita akan terdorong untuk segera melakukan perubahan. Dengan mengembangkan budaya baru, peradaban baru, konsep nilai baru, dan moralitas baru, terciptalah keseimbangan antara kemajuan aspek materi dengan aspek mental dan spiritual. Inilah jalan kelangsungan hidup bagi umat manusia. Inilah jalan kebahagiaan bersama.